lagu dambus

http://www.4shared.com/mp3/iJHfIfXh/Perisai_Hati.html

Minggu, 04 September 2011

kumpulan mp3

bagindaz

hijau daun
http://www.index-of-mp3.com/lyric/hijau-daun/aku-dan-air-mata.html
Opick
http://www.index-of-mp3.com/lyric/opick/rumput-bertasbih.html
Britney spears
http://www.index-of-mp3.com/lyric/britney-spears/i-wanna-go.html
Maher zein
http://www.index-of-mp3.com/lyric/maher-zain/insya-allah.html

Ilmu Hisab Jumal Kaidah Abjadiyyah




Top of Form
Ilmu Hisab Jumal Kaidah Abjadiyyah
http://vishnumurti.com/wp-content/themes/vishnu2/images/user.pngadmin http://vishnumurti.com/wp-content/themes/vishnu2/images/folder.pngPosted in ILMU HIKMAH
Pada postingan yang lalu di website ini, saya telah menuliskan selayang pandang tentang Ilmu Jafr, suatu ilmu pegangan para Nabi, para Wali dan para Shalihin terdahulu. Didalam postingan tersebut disebut-sebut sebuah teknik mengkonversi huruf-huruf arab kedalam angka, yaitu teknik Hisab Jumal. Kali ini saya akan memfokuskan artikel ini pada Hisab Jumal-nya dan beberapa aplikasi sederhana-nya dalam Ilmu Hikmah, semoga beranfaat!
Pernahkah anda diberi ijazah wirid oleh guru anda dengan hitungan tertentu? Seperti misalnya membaca “laa ilaaha illallah” 165 kali, atau “bismillaahirrahmaanirrahiim” 786 kali atau “hasbunallahu wa ni’mal wakiil” 450 kali?
Tahukah anda bahwa jumlah hitungan tersebut merupakan hasil kalkulasi para Ulama Ahli Hikmah terdahulu menggunakan Ilmu Hisab Jumal. Lalu apakah Ilmu Hisab Jumal itu?
Ilmu Hisab Jumal adalah ilmu mengkonversi huruf abjadiyyah kedalam nilai-nilai angka. Angka-angka hasil konversi tersebut digunakan oleh para Ahli Hikmah terdahulu untuk membuka rahasia-rahasia ayat-ayatNya.
Dalam praktek Ilmu Hisab Jumal, seorang ahli hikmah harus hafal nilai angka dari setiap huruf abjadiyyah-nya, kalau belum hafal, minimal ia harus bisa membuat tabel rumus Hisab Jumal yang akan dapat membantunya dalam mengkonversi dan mengkalkulasikan suatu asma/ayat tertentu.
Rumus Tabel Hisab Jumal menggunakan Kaidah Abjadiyyah.
Apa yang dimaksud dengan KAIDAH ABJADIYYAH?
Kaidah Abjadiyyah adalah urut-urutan tiap huruf dalam bahasa arab yang mengikuti nilai numeriknya. Urut-urutan huruf ini berbeda dengan apa yang sekarang dikenal oleh masyarakat umum (Kaidah Hijaiyyah). Sistemnya mengikuti nilai angka yang diwakilkannya. Mirip dengan urutan huruf Bani Israil ALEPH-BETH-GIMMEL-DALET..dst. ataupun peradaban yunani ALFA-BETA-GAMMA dst. Jadi kalau dilihat dari usia-nya, Kaidah Abjadiyyah ini sudah ada sebelum abad ke-8 masehi.
Urut-urutan huruf yang sekarang banyak dikenal yaitu Kaidah Hijaiyyah (alif-ba-ta-tsa-jim-ha-kho.. dst.) Mengambil pendekatan bentuk, jadi huruf-huruf yang mirip bentuknya diurutkan sedemikian rupa untuk mempermudah pembelajaran, sangat berbeda kaidah Abjadiyyah yang mengambil pendekatan numerik.
Berikut ini adalah urut-urutan huruf dalam Kaidah Abjadiyyah:
http://i241.photobucket.com/albums/ff57/sarvabodha/abajadun-1.jpg
cara baca:
ABAJADUN HAWAZUN
HATHOYA KALAMANUN
SA’A-FA SHUN QOROSYUN
TA TSA KHO DZUN DLO ZHO GHUN
.
Masing-masing huruf memiliki nilai-nya tersendiri, seperti dibawah ini:
http://i241.photobucket.com/albums/ff57/sarvabodha/prikitiw4.jpg
.
Lalu bagaimana pengaplikasian Tabel Rumus diatas dalam menentukan jumlah hitungan suatu dzikir tertentu? Mari kita praktekkan dengan  mengambil contoh kasus  kalimat LAA ILAAHA ILLA ALLAH, yang jika dituliskan kedalam bahasa arab menjadi:
لا إله الاّ الله
Kemudian kita pisah-pisahkan tiap huruf nya agar memudahkan menghitungnya:
ل ا إ ل ه ا ل ا ا ل ل ه
Kemudian tuliskan nilai huruf tepat dibawah huruf yang bersangkutan, lalu jumlahkan, seperti gambar dibawah ini:
http://i241.photobucket.com/albums/ff57/sarvabodha/prikitiw5.jpg
Jadi, berdasarkan Hisab Jumal Kaidah Abjadiyyah, nilai daripada kalimat Laa Ilaaha Illa Allah itu adalah 165… inilah rahasia kenapa para Syeikh Tariqah mewajibkan minimal 165 kali dalam mewiridkan kalimat Laa Ilaaha Illa Allah tersebut.
Kita ambil contoh lagi dengan kalimat yang lebih panjang. Kali ini kita coba dengan kalimat HASBUNALLAAHU WA NI’MAL WAKIIL. Kita tulis dulu kalimat lengkapnya, kemudian dipisah-pisah per huruf, lalu letakkan nilai masing2 huruf tepat dibawah huruf yang bersangkutan, kemudian jumlahkan. Hasilnya akan jadi seperti ini:
http://i241.photobucket.com/albums/ff57/sarvabodha/prikitiw6.jpg
.
Contoh lainnya adalah asma Al-Lathiif yang masyhur dibaca 129 kali setiap sehabis sholat subuh. Para ‘arif billah menyatakan Al-Lathiif adalah asma yang dapat digunakan untuk mendapatkan rahmat, kasih sayang, kesembuhan dan kemudahan rizki, bahkan dalam beberapa kitab disebutkan ada dua thariqah (metode) untuk 2 manfaat yang berbeda dalam mendzikirkan asma tersebut, pertama dengan awalan Ya.., menjadi YAA LATHIIF. Dengan sighat tersebut, beberapa ulama hikmah berpendapat fungsinya adalah untuk mendatangkan kebaikan. Sedangkan thariqah kedua dengan awalan alif-lam, menjadi AL-LATHIIF berfungsi untuk pencegahan dari marabahaya. Lebih detil lagi, tertulis dalam kitab syamsul ma’arif, bahwa asma ini dijaga oleh khadam malaikat bernama ‘Athfayail yang memimpin 4 malaikat penjaga lainnya, setiap 1 dari 4 malaikat tersebut memimpin 129 shaf malaikat, setiap 129 shaf terdiri dari 129.000 malaikat.
Masih banyak lagi asma-asma dan ayat-ayat yang dapat kita hitung menggunakan Hisab Humal Kaidah Abjadiyyah dan untuk keterangan lebih detilnya tentang manfaat jumlah nilai wirid tersebut silahkan rujuk kitab-kitab hikmah para Guru terdahulu.
Untuk melengkapi artikel ini, berikut saya berikan hasil hisab jumal terhadap setiap nama dari asmaul husna. Hasil perhitungan ini banyak disebut-sebut dalam kitab-kitab Hikmah seperti Syamsul Ma’arif Kubro, Khawwas Asmaul Husna dll. Insya Allah perhitungan ini akan sangat berguna bagi para praktisi ilmu wafaq juga bagi pengamal wirid asmaul husna untuk mengetahui jumlah minimal pembacaan tiap asmanya.
http://i241.photobucket.com/albums/ff57/sarvabodha/prikitiw38-1.jpg
.
Sebagai penutup, kebetulan kita sedang berada di bulan Ramadhan, berikut ini merupakan hasil kalkulasi Ilmu Hisab Jumal yang membuktikan bahwa Lailatul Qadar HANYA ADA dibulan Ramadhan.
http://i241.photobucket.com/albums/ff57/sarvabodha/prikitiw33.jpg
.


Sabtu, 03 September 2011

Khutbah hari raya


MASYARAKAT YANG SELURUH WARGANYA MAMPU MENGENDALIKAN DIRI SECARA SEMPURNA
**Dr. Basuni Imamuddin, S.S., M.A.
اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ.لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ. اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ. صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. لاِ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
الْحَمْدُ ِللهِ مَا تَكَوَّرَ اللَّيْلُ عَلَى النَّهَارِ وَمَا انْجَلَتِ الظُّلْمَةُ يَتْلُوْهَا اْلإِسْفَار . وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْمُخْتَارُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الْمُهَاجِرِيْنَ وَاْلأَنْصَارِ وَكُلِّ مَنْ سَارَ عَلَى دَرْبِهِمْ وَاتَّبَعَ اْلآثَارَ.
Pengantar
Kumandang azan magrib kemarin menunjukkan berakhirnya puasa Ramadhan. Semua ummat Islam di seluruh dunia yang kini lebih dari 1 milyar bertakbir, memaha besarkan Allah, baik anak kecil, remaja, muda-mudi, orang tua, di desa, dan di kota bersyukur kepada Allah atas selesainya ibadah puasa.الله أكبر الله أكبر الله أكبر , Allah Maha Besar Allah Maha Besar.
Kumandang azan magrib kemarin menunjukkan berakhirnya putaran final perang besar melawan musuh terbesar manusia, yaitu hawa nafsu. Disebut perang besar karena manusia tidak akan mau diajak berperang secara fisik sebelum mampu memerangi dan menaklukkan hawa nafsunya sendiri, sehingga nafsunya benar-benar mau diajak terlibat dalam perang fisik tersebut. Setelah selesai perang Badar, Rasulullah ditanya oleh seorang sahabat: “Adakah perang yang lebih besar dari pada perang Badar ini ya Rasul?” Rasul menjdawab: “Ada. Perang melawan hawa nafsu.”
Selesainya puasa Ramadhan tidak berarti orang yang menyelesaikan puasa dipastikan telah menang 100% melawan hawa nafsu. Boleh jadi orang itu berhasil menyelesaikan puasa 1 bulan penuh, tidak makan dan tidak minum, tetapi sesungguhnya masih kalah melawan hawa nafsunya, karena selama berpuasa di siang hari anggota tubuhnya masih melakukan perbuatan yang tidak diridhai Allah. Matanya masih liar dan jelalatan, mulutnya masih produktif mengeluarkan tutur kata yang buruk (bergunjing, mengadu domba, menfitnah, melecehkan orang lain, sombong, berbohong, berbicara porno, jorok, dll.), telingannya, tangannya, kakinya masih berbuat maksiat kepada Allah. Dalam kaitan ini Rasulullah saw bersabda:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوْعُ وَالْعَطَسُ
(رواه أبو هريرة)
Banyak sekali orang yang berpuasa yang tidak mendapat apa-apa selain lapar dan dahaga (HR. Abu Hurairah).
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ ِللهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
(رواه البخاري)
Siapa saja yang berpuasa tidak meninggalkan tutur kata buruk, dan tetap melakukannya, maka Allah tidak akan memberi balasan kepadanya meskipun dia telah meninggalkan makanan dan minuman (berpuasa) (HR. Bukhari)
Tidak dapat diketahui dengan mudah dan pasti, siapa yang menang dalam perang besar itu. Orang yang berpuasakah atau justru hawa nafsu yang menang. Parameter kemenangan yang sebenarnya adalah perbuatan sehari-hari pasca Ramadhan. Apakah semakin terkendali dengan baik nafsunya atau justru semakin liar. Apakah semakin taat atau justru semakin maksiat. Apakah semakin bertaqwa atau semakin rajin berbuat dosa.
اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Hikmah dan Rahasia di Balik Perintah Berpuasa
Manusia adalah khalifatullah (wakil Allah) yang diturunkan ke bumi untuk membangun peradaban, kemakmuran, kesejahteraan, dan kebahagiaan. Sebagai khalifatullah manusia diperintah meniru Akhlaq (sifat) Allah
تَخَلَّقُوْا بِأخْلاَقِ اللهِ
(بحار الأنوار، العلامة المجلسي ج 8، ص 129)
“Tirulah sifat-sifat Allah”
Sifat Allah yang kita kenal ada 99 yang disebut dengan Al-Asmaul Husna. Dari 99 sifat itu ada yang khusus untuk Allah saja dan ada yang musti ditiru dan diteladani manusia. Yang khusus untuk Allah seperti (الْمُتَكَبِّرُ=Allah Maha Sombong), (الْمُنْتَقِمُ=Allah Maha Pembalas dendam, الْجَبَّارُ = Allah Maha diktator), dll. Yang musti ditiru oleh manusia antara lain sebagai berikut.
Maha Baik الْبَرُّ Maha Mulia الْكَرِيْمُ Maha Adil الْعَدْلُ Maha Pengampun الْغَفَّارُ Maha Pengasih الرَّحْمَنُ
Maha Penyayang الرَّؤُوْفُ Maha Menyintai الْوَدُوْدُ Maha Bijaksana الْحَكَمُ Maha Pemberi Rizki الرَّزَّاقُ Maha Penyayang الرَّحِيْمُ
Maha Pemaaf الْعَفُوُّ Maha Bijaksana الْحَكِيْمُ Maha menerima syukur الشَّكُوْرُ Maha Memberi الْوَهَّابُ Maha Melindungi الْمُهَيْمِنُ
Maha Pemberi Manfaat النَّافِعُ Maha Kuat الْمَتِيْنُ Maha Pengampun الْغَفُوْرَ Maha Pengangkat Derajat الرَّافِعُ Maha Memberi Rasa Aman الْمُؤْمِنُ
Maha Indah dan Pencipta Keindahan الْبَدِيْعُ Maha Kuat الْقَوِىُّ Maha Penyabar الْحَلِيْمُ Maha Memuliakan الْمُعِزُّ Maha Selamat dan Menyelamat
kan السَّلاَمُ
Maha Sabar الصَّبُوْرُ Maha Menerima Taubat التَّوَّابُ Maha Menjaga الْحَفِيْظُ Maha Lmebut اللَّطِيْفُ Maha Mulia الْعَزِيْز
Kalau manusia dianjurkan meniru sifat Allah, sedangkan sifat Allah semuanya baik dan positif, berarti manusia hidup di dunia ini hanya diperintahkan untuk melakukan yang baik dan positif, membangun dan melestarikan alam, bukan merusak. Tetapi faktanya manusia masih sering melakukan kerusakan dan kerusakan di muka bumi. Membantai sesamanya dengan senjata tajam, senjata api, bom, dll (lihat peristiwa demi peristiwa di Timur Tengah). Boleh jadi pengamat politik mengatakan bahwa motif dari perusakan itu adalah motif politik. Pengamat sumberdaya alam mengatakan bahwa motifnya adalah untuk menguasai sumberdaya alam. Pengamat agama melihat bahwa motifnya adalah agama. Tetapi jika ditelusuri secara lebih dalam motif yang sesungguhnya adalah hawa nafsu yang tak terkendali. Manusia masih sering merusak diri sendiri dengan narkoba, ekstasi, dan miras. Merusak diri sendiri dengan pergaulan bebas. Merusak keuangan negara dengan korupsi. Merusak hutan dengan membabatnya secara ilegal. Merusak moral masyarakat dengan infotaiment, pornografi, dan free sex. Merusak akidah dengan tontonan yang mengeksplorasi syirik (ketik reg). Merusak sungai dan pantai dengan limbah industri, dll.
اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Dalam banyak ayat Allah melarang keras manusia melakukan kerusakan dalam berbagai bentuk dan skalanya, seperti yang ditegaskan berkali-kali dalam ayat-ayat berikut.
وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ (البقرة: 60)
janganlah kamu melakukan kerusakan di muka bumi (QS: Al-Baqarah: 60)
وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ (العنكبوت: 36)
janganlah kamu melakukan kerusakan di muka bumi (QS: Al-Ankabut: 36)
وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ (الأعراف: 74)
janganlah kamu melakukan kerusakan di muka bumi (QS: Al-A’raf: 74)
وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ (هود: 85)
janganlah kamu melakukan kerusakan di muka bumi (QS: Hud: 85)
وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ (الشعراء: 183)
janganlah kamu melakukan kerusakan di muka bumi (QS: As-Syu’ara’: 183)
وَقَالَ مُوسَى لِأَخِيهِ هَارُونَ اخْلُفْنِي فِي قَوْمِي وَأَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيلَ الْمُفْسِدِينَ (الأعراف: 142)
“Musa berkata kepada saudaranya, Harun: Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan” (QS: Al-A’raf: 142)
وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ (البقرة:205)
“Apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kerusakan”. (QS: Al-Baqarah: 206)
وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (المائدة: 64)
Allah tidak suka kepada orang-orang yang melakukan kerusakan (QS: Al-Maidah: 64)
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ (الأعراف: 56)
“Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS: Al-A’raf: 56)
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (الأعراف: 85)
“Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman”. (QS: Al-A’raf: 85)
Kesimpulannya, biang kerok semua kerusakan di darat, laut, dan udara adalah manusia seperti yang ditegaskan dalam ayat berikut.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (الروم: 41)
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” (QS: Ar-Rum: 41)
Yang Allah kehendaki bagaimana manusia selalu berbuat baik-dan berbuat baik.
وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (القصص: 77)
“Berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS: Al-Qasash: 77)
Tapi manusia masih sering melakukan kerusakaan dan kerusakan. Kenapa? Ada apa? Jawabannya adalah karena manusia tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya yang cenderung merusak itu.
Pendek kata, motor penggerak manusia melakukan kerusakan adalah hawa nafsu, dan musuh terbesar manusia adalah hawa nafsu. Adalah logis kalau Rasul saw mengatakan bahwa perang terbesar adalah perang melawan hawa nafsu.
اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Allah Maha Mengetahui tentang sifat manusia yang cenderung memperturutkan hawa nafsu. Allah juga Maha Bijaksana, bahwa hambanya yang bernama manusia akan mampu mengendalikan hawa nafsunya jika dilatih mengendalikan hawa nafsu. Itulah sebabnya maka Allah Yang Maha Bijaksana menciptakan pelatihan mengendalikan hawa nafsu dengan tujuan utama agar manusia mampu mengendalikan hawa nafsunya.
Pelatihan itu diberi nama shaum atau shiyam (al-imsaak/puasa/mengendalikan diri), pelatihnya Allah sendiri, pesertanya manusia mukmin, tempatnya di seluruh dunia, waktunya dari subuh sampai maghrib selama satu bulan penuh, tujuannya untuk menciptakan orang mukmin yang mampu mengendalikan diri (muttaqin), balasannya adalah ampunan dosa, pembebasan dari api neraka, dan masuk sorga.
Indahnya tinggal di suatu negeri yang semua penghuninya mampu mengendalikan hawa nafsunya secara baik. Tidak ada pembunuhan apalagi sampai mutilasi (penyincangan manusia oleh manusia), tidak ada pencurian, tidak ada perampokan, tidak ada zina apalagi pemerkosaan, tidak ada judi, tidak ada narkoba, tidak ada korupsi, dan semua jenis kejahatan lainnya. Yang ada hanya kebaikan dan amal shaleh. Semuanya warganya tunduk kepada Allah, hidup rukun, saling menghormati dan menghargai, aman, tenteram, dan bahagia. Negeri seperti ini dalam Al-Qur'an disebut baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Negeri seperti ini dibangun melalui pelatihan mengendalikan diri (shawm/shiyam), untuk menciptakan manusia yang mampu mengendalikan diri (muttaqin). Jika semua individu yang menghuni sebuah negeri menjadi muttaqin, maka otomatis negeri seperti ini menjadi negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri yang adil, makmur, aman, sejahtera, dan mendapat ampunan Allah).
Selain puasa ramadhan, terdapat puasa sunnah yang sebaiknya juga kita lakukan. Puasa sunnah ini ada yang harian, yaitu puasa ala Nabi Dawud, ada yang mingguan Senin Kamis, ada yang bulanan yaitu puasa tanggal 13, 14, 15 bulan Hijriyah, dan ada puasa sunnah tahunan, yaitu puasa 6 hari bulan Syawal, puasa Asyura’ tanggal 10 Muharram, puasa Arafah tanggal 9 Zul Hijjah, puasa Rajab, dan puasa Sya’ban. Inilah puasa-puasa yang secara rutin dilakukan Rasulullah.
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda ((صُوْمُوْا تَصِحُّوْا))
(رواه ابن السُّنِّي وَأَبُو نُعَيْمٍ) “Berpuasalah, kamu akan sehat”. Puasa bukan hanya menyehatkan fisik tetapi juga psikis, mental, spiritual, moral, dan sosial. Puasa menyehatkan kehidupan manusia secara menyeluruh. Apa yang Rasulullah katakan itu 100 % benar dan terbukti. Selam 63 tahun Rasulullah hanya dua kali sakit yaitu setelah berhijrah ke Madinah dan menjelang wafat.
Beliau juga teladan (uswatun hasanah) dalam hal kemampuan mengendalikan diri secara sempurna. Seringkali beliau dihina, dinistakan, diludahi, dilempari dengan batu sampai bersimbah darah,dilempari dengan kotoran binatang, dianggap gila, dan lain-lain, tetapi beliau tidak pernah membalas dengan perlakuakn yang sama. Tetapi justru beliau memohonkan ampunan kepada Allah untuk orang-orang yang mezhalimi beliau. Allahumma ighfir liqawmi fainnahum laa ya’lamuun” “Ya Allah, ampuni kaumku itu, mereka tidak tahu apa-apa.” Inilah yang muncul dari lisan beliau yang suci itu. Ini menunjukkan betapa secara psikis, mental, dan moral Rasulullah benar-benar prima.
Di bidang spiritualitas di samping Rasulullah rajin melakukan berbagai puasa sunnah juga rajin melakukan shalat tahajjud dan shalat sunnah lainnya. Begitu rajinnya beliau melakukan tahajjud suatu kali pernah terjadi kaki beliau sampai bengkak. Ini jelas sulit sekali disamai oleh hamba Allah biasa seperti kita. Di bidang sosial, Rasulullah tidak pernah menyisakan uang di dalam rumah beliau, semua diinfakkan di jalan Allah, terutam di bulan Ramadhan sedekah beliau deras sekali seperti angin kencang.
اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Ampunan Allah bagi yang berpuasa
Satu bulan penuh rukun Islam keempat itu telah kita laksanakan. Allah menjanjikan memberikan ampunannya kepada orang yang berpuasa:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
(متفق عليه)
Siapa saja yang berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan ikhlas karena Allah, maka Allah mengampuni dosa-dosa yang telah dilakukannya (HR.Bukhari-Muslim)
Kesalahan manusia ada dua macam. Pertama, kesalahan kepada Allah (haqqullaah). Kedua, kesalahan kepada sesama manusia (haqqul adami). Menurut hadits di atas, dengan berpuasa satu bulan Ramadhan penuh, dosa kepada Allah sudah diampuni. Sekarang, tinggal kesalahan kita kepada sesama manusia. Allah tidak mengampuni kesalahan yang terjadi antar sesama manusia sebelum manusia yang disalahi itu memaafkan. Dalam tradisi masyarakat Islam, di hari Raya Idul Fitri mereka selalu melakukan silatur rahmi dengan kerabat karib, tetangga dan handai tolan dengan bertemu langsung di rumah mereka masing-masing, melalui SMS, atau kartu lebaran untuk meminta maaf dan memberi maaf. Pada saat mereka bersalaman, Allah memberikan ampunannya kepada mereka sebelum tangan yang bersalaman itu dilepas.
Memang tujuan utama puasa ramadhan adalah untuk menciptakan orang yang bertaqwa dengan salah satu ciri utamanya sikap pemaaf, seperti yang nyatakan Allah dalam firmanNya.
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
 (آل عمران:134)
Orang yang bertaqwa adalah orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Halal bihalal
Di hari Raya Idul Fitri, di samping masyarakat Islam bersilatur rahmi, mereka juga melakukan halal-bihalal di lingkungan RT, RW, kelurahan, di kantor-kantor, perusahaan, sampai di istana negara. Silatur rahmi dan halal bihalal itu dilakukan untuk meminta maaf dan memberi maaf atas kesalahan dan kekhilafan yang telah terjadi antar sesama manusia, sehingga kesalahan itu dimaafkan. Dengan puasa ramadhan kesalahan kepada Allah diampuni, dan dengan silatur rahmi dan halal bihalal kesalahan kita antar sesama manusia dimaafkan. Oleh karena kesalahan kita kepada Allah telah diampuni dan kesalahan kepada sesama manusia telah dimaafkan maka kita kini kembali ke dalam keadaan suci (idul fitri) dari dosa dan kesalahan.
Ke depan, mari kita hati-hati, jangan sekali-kali menganggap enteng perbuatan dosa sekecil apapun. Yang harus kita lihat bukan besar kecilnya dosa, tetapi kepada siapa kita melakukan dosa. Ternyata kita melakukan dosa kepaya Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Memberi Rizki, Maha Besar dan Maha Suci.
Kalau orang pulang dari ibadah haji punya tanggung jawab menjaga kemabruran hajinya, maka setelah idul fitri (kembali suci) kita harus menjaga kesucian diri kita dari kesalahan dan dosa baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia dari sekarang sampai akhir hayat, sehingga kelak ketika kita wafat, berpulang ke rahmatullah, benar-benar berada dalam keadaan bersih dan suci dari salah dan dosa atau husnul khatimah.
Demikianlah khutbah ini kami sampaikan. Semoga Allah menjadikan kita hambanya yang pandai mengendalikan hawa nafsunya dan menjadi pemaaf atas kesalahan saudara kita, Aamin.